Dhaka, Bangladesh - September 26, 2023: Work on the third terminal of Hazrat Shahjalal International Airport at Dhaka in Bangladesh nears completion.

Departemen Luar Negeri AS Mengeluarkan Peringatan Perjalanan untuk Bangladesh di Tengah Gejolak Politik

Ditulis oleh: Diana Sirenko
Diperbarui 6 Agustus 2024

Departemen Luar Negeri AS telah mengeluarkan peringatan keras kepada warga negara Amerika Serikat, mendesak mereka untuk menghindari perjalanan ke Bangladesh karena meningkatnya kerusuhan sipil, meningkatnya tingkat kejahatan, dan potensi kegiatan teroris. Peringatan ini muncul setelah pergolakan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya yang telah melanda negara Asia Selatan ini, yang berpuncak pada kepergian dramatis Perdana Menteri Sheikh Hasina setelah para pengunjuk rasa menerobos masuk ke dalam istana kepresidenan.

Dalam sebuah peringatan perjalanan yang baru-baru ini diperbarui, Departemen Luar Negeri AS telah mengambil langkah luar biasa dengan memerintahkan semua pegawai pemerintah AS yang tidak dalam keadaan darurat dan keluarganya untuk meninggalkan Bangladesh. Peringatan tersebut memberikan gambaran suram tentang situasi di lapangan, dengan menyatakan, "Bentrokan dengan kekerasan telah terjadi di kota Dhaka, daerah-daerah tetangganya, dan di seluruh Bangladesh, dan Angkatan Darat Bangladesh telah dikerahkan secara nasional."

Kerusuhan di Bangladesh mencapai titik didihnya ketika ribuan pengunjuk rasa menyerbu kediaman perdana menteri, memaksa Hasina untuk melarikan diri dengan helikopter militer ke negara tetangga, India. Kepergian dramatis ini menandai berakhirnya masa jabatannya selama 15 tahun, meninggalkan kekosongan kekuasaan setelahnya. Militer telah mengambil alih kekuasaan dan mengumumkan rencana untuk membentuk sebuah pemerintahan sementara, tetapi situasi tetap tidak stabil.

Protes yang awalnya dimulai sebagai gerakan menentang kuota jabatan di posisi-posisi pemerintahan telah berkembang menjadi kampanye yang lebih luas untuk menentang korupsi dan otoritarianisme. Demonstrasi-demonstrasi telah berubah menjadi semakin keras, dengan laporan-laporan yang mengindikasikan bahwa hampir 300 orang telah kehilangan nyawa mereka dalam kekacauan tersebut.

Menambah kekhawatiran, Bandara Internasional Hazrat Shahjalal di Dhaka untuk sementara waktu menghentikan operasinya, yang semakin memperumit pengaturan perjalanan bagi mereka yang ingin meninggalkan negara tersebut. Departemen Luar Negeri AS telah menyarankan para pelancong untuk terus berkomunikasi dengan maskapai penerbangan mereka terkait status penerbangan di masa depan.

Peringatan perjalanan ini juga menyoroti potensi keterbatasan layanan darurat bagi warga AS di Bangladesh. Karena pembatasan saat ini dan kurangnya dukungan dari pemerintah Bangladesh, kemampuan pemerintah AS untuk memberikan bantuan kepada warganya mungkin akan sangat terhambat.

Laporan mengenai kerusakan properti yang meluas telah muncul, dengan beberapa bangunan, termasuk pusat perbelanjaan dan toko garmen, dibakar oleh para pengunjuk rasa. Insiden-insiden ini menggarisbawahi sifat situasi yang tidak dapat diprediksi dan potensi risiko yang dihadapi oleh orang asing di negara ini.

Ketika Bangladesh bergulat dengan krisis politik ini, komunitas internasional mengamati dengan seksama. Penggulingan seorang pemimpin yang telah lama berkuasa dan intervensi militer yang terjadi setelahnya menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan demokrasi dan stabilitas negara ini di wilayah tersebut.

Bagi warga Amerika yang memiliki hubungan dengan Bangladesh atau mereka yang sedang mempertimbangkan untuk melakukan perjalanan ke negara ini, peringatan Departemen Luar Negeri AS berfungsi sebagai pengingat penting akan situasi yang tidak menentu ini. Para pelancong sangat disarankan untuk mempertimbangkan kembali rencana mereka dan terus mengikuti perkembangan situasi di negara Asia Selatan ini.

Dengan berbagai peristiwa yang terus terjadi, dunia menanti untuk melihat bagaimana Bangladesh akan melewati masa-masa penuh gejolak ini dan apa implikasinya bagi masa depan negara ini dan hubungannya dengan komunitas internasional.

Artikel oleh:

Diana Sirenko

Co-Founder Travelated